SELAMAT DATANG DI BLOG PUTRA PARRY...

Rabu, 04 Januari 2012

Organisasi Pemuda Remaja Masjid (OPRM) dan Image Building


http://mfirmanshah.wordpress.com

Organisasi Pemuda Remaja Masjid (OPRM) dan Image Building

Pendahuluan
Masjid merupakan salah satu institusi keagamaan terbesar dalam komunitas muslim. Keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kehadiran masjid dalam satu lingkungan masyarakat setidak-tidaknya menjadi identitas bagi keberadaan komunitas muslim di lingkungan tersebut. Semangat masyarakat muslim untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun ditengah krisis ekonomi serta himpitan akibat naiknya BBM yang berpengaruh pada kenaikan biaya hidup masyarakat. Pembangunan masjid tidak pernah berhenti bahkan jumlah masjid di DKI Jakarta adalah sebanyak 2831 masjid dan 5661 mushola.
Organisasi Pemuda Remaja Masjid merupakan bagian tidak terpisah dari keberadaan Masjid. Keberadaan OPRM melekat terhadap Masjid, karena memang OPRM merupakan bagian tidak terpisahkan dari Organisasi Masjid itu sendiri. Keberadaan OPRM ternyata memberikan warna tersendiri bagi pengembangan masjid. Dan tentunya, diharapkan OPRM bisa menjadi motor pengembangan dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas umat Islam umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda / remaja.
Definisi
Istilah masjid berasal dari Bahasa Arab, diambil dari kata “Sajada, yasjudu, sajdan”. Kata “Sajadaartinya bersujud, patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’dzim.
Untuk menunjukan suatu tempat kata “Sajada” diubah bentuknya menjadi masjidun (Isim makan) artinya tempat sujud menyembah Allah SWT. Dengan demikian secara etimologi arti masjid adalah menunjuk kepada suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat sholat bersujud menyembah Allah SWT.
Secara terminologis, makna masjid sebagaimana dipahami dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW jauh lebih luas daripada sekedar tempat sujud/sholat saja, yaitu masjid menjadi pusat kegiatan dan pembinaan umat. Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Pertama pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah sholat, dzikir, membaca Al Qur’an dan lain-lain. Aspek kedua adalah fungsi kemasyarakatan, seperti menjalin hubungan silaturahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian, pembinaan kreatifitas remaja, pendidikan, olah raga dan lain-lain.
Dari pengembangan kedua aspek itu, kemudian fungsi masjid berkembang menjadi pusat peradaban Islam. Dari masjid lahir gagasan-gagasan yang cemerlang, baik bagi pembinaan individual, keluarga dan pembinaaan kehidupan sosial kemasyarakatan. Dari masjid lahir pula berbagai konsep dan strategi dakwah Islam, pengembangan kesejahteraan, sampai konsep dan strategi perang. Dengan demikian masjid memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan strategis, terutama dalam kerangka pembinaan umat.
Pemuda dan Masjid
Kerusakan mental & spriritual masyarakat, khususnya pemuda generasi penerus bangsa, sangat memprihatinkan penulis. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya kasus penyalahgunaan narkoba, seks bebas yang berujung pada aborsi, serta penyebaran HIV AIDS yang sangat marak di usia remaja / pemuda. Belum lagi sikap mental malas, inferior dari bangsa lain, tidak mau bekerja keras, ingin serba instant dan hal-hal lain yang menyebabkan bangsa ini akan menjadi bangsa yang punah di muka bumi ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Pemuda menjadi kunci dalam kehidupan bangsa ini. Selain itu, melihat komposisi jumlah penduduk Indonesia, maka komposisi pemuda merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia, yaitu sebesar 37% dari total Penduduk Indonesia yang 220 juta[1]. Menurut KEMENEGPORA, seseorang dikategorikan Pemuda jika berumur antara 15 – 35 tahun.
Berangkat dari kondisi diatas, maka masjid sebagai sentral pengembangan dan pemberdayaan mengambil satu peran penting yaitu mengembangan sayap dakwah dengan target pemuda dan remaja. Remaja masjid merupakan salah satu dari beberapa stake holder dari sebuah organisasi mesjid. Pengurus mesjid, disadari atau tidak, ternyata membutuhkan peran remaja masjid dalam setiap langkah dan gerak aktivitasnya. Remaja masjid mampu memberikan sentuhan yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya yang tengah dalam proses pencarian jati diri, cenderung labil dan memiliki semangat yang meluap ingin menonjolkan jati dirinya.
Organisasi Remaja masjid merupakan pilihan positif dalam rangka pembinaan remaja, karena tanpa mengurangi ciri khas remaja untuk berkreasi dan berkarya, organisasi remaja masjid memberikan wadah yang positif yaitu kreatifitas dengan tetap menjunjung nilai-nilai agama sebagai penggerak semua aktivitas tersebut.
Definisi remaja masjid menurut RISKA (2005) adalah kumpulan dari remaja yang beraktivitas di masjid dalam rangka memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung bagi keberlangsungan dakwah di mesjid dan atau di masyarakat. Visi Remaja/Pemuda Masjid menurut Satria hadi lubis (2005) yaitu mengajarkan manusia kepada Allah, sehingga manusia khususnya remaja/pemuda, berpindah dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Sedangkan misi dari remaja masjid adalah Berdakwah dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam. Masih menurut Satria Hadi Lubis, tujuan utama dari sebuah organisasi remaja masjid secara umum adalah memakmurkan mesjid dengan kegiatan-kegiatan dan memberikan wadah untuk remaja sekitar mesjid dalam rangka menyalurkan daya kreatifitas mereka.
Potensi & Hambatan
Remaja Masjid mempunyai potensi dalam pengembangan pemuda di Indonesia. Adapun potensi Remaja Masjis sebagai agen perubah karena
1. jumlah pemuda Islam merupakan komponen terbesar dari masyarakat.
2. usia pemuda merupakan usia produktif dengan idealisme serta kekuatannya.
3. pemuda adalah generasi penerus dengan pengetahuan terkini.
Potensi yang ada ini, ternyata tidak serta merta memudahkan OPRM dalam melaksanakan misinya. Banyak kendala serta hambatan yang membatasi gerak dari organisasi pemuda yang berbasis masjid.
Dalam pelaksanaan organisasi Pemuda / Remaja Masjid tidak berjalan dengan mudah dan mulus, banyak hambatan serta tantangan. Menurut Satria Hadi Lubis (2005), 3 hal yang memerlukan pemikiran serius untuk membuat strategi adalah
1. Keuangan
2. SDM
3. Humas & Pemasaran
Humas / PR Bagi OPRM
Dalam sebuah organisasi nir laba seperti organisasi Pemuda/Remaja Masjid, image menjadi sebuah asset penting. Visi & Misi yang dibawa organisasi akan mudah dicapai ketika OPRM mempunyai image ataupun nama baik. Nama baik / image ternyata tidak mudah untuk diperoleh. Hal tersebut membutuhkan kerja keras serta profesionalisme walaupun hanya organisasi nir laba. Terkait dengan mutu kegiatan, kader serta sumber daya manusia yang bagus, serta sistem informasi yang transparan, dan juga akuntabilitas dari organisasi menjadi indikator sebuah organisasi bisa mendapatkan image yang bagus atau tidak. Untuk itu, penulis akan memberikan gambaran mengenai kehumasan serta public relations yang menjadi salah satu komponen utama untuk mengelola sumber daya yang tidak berwujud / image.
PR menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun yang non komersial. Kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Anda tidak bisa memutuskan untuk menghadirkan atau sebaliknya meniadakan PR. Sebenarnya, PR terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. Setiap orang pada dasarnya juga selalu mengalami PR, kecuali jika ia terisolasi dan tidak menjalin kontak dengan manusia lainnya.
Menurut Cutlip (2007:6), yang penulis kutip dari Apriliana, dkk (2008), public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan public yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Sedangkan menurut British Institute of Public Relations, PR merupakan upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dan publiknya. Random House Dictionary mendefinisikan PR sebagai seni (Art), teknik, atau profesi untuk meningkatkan goodwill antara sebuah organisasi dengan publiknya, pekerjanya atau pelanggannya.
Public Relation adalah suatu proses yang kontinyu dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari publik pada umumnya, termasuk stake holder internal (pengurus OPRM). Kedalam mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui corporate culture building (membangun budaya lembaga) berbentuk disiplin, motivasi, peningkatan pelayanan dan produktivitas kerja yang diharapkan untuk terciptanya sense of belonging terhadap lembaga. Sedangkan keluar berupaya menciptakan kepercayaan dan citra lembaga (corporate image) yang sekaligus memayungi dan mempertahankan citra produknya.
Aktivitas Public Relation
Aktivitas public relation sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik antara OPRM dengan stakeholdernya seperti Pengurus Masjid, Pemerintah, organisasi kepemudaan lainnya, sponsor, media dan juga donator. Komunikasi timbal balik ini bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan, dsb. Hal tersebut akan berdampak bagi kemajuan OPRM atau citra positif OPRM yang bersangkutan. Jadi kegiatan public relation tersebut sangat erat kaitannya dengan pembentukan opini public dan perubahan sikap dari masyarakat.
Dari segi inilah, OPRM mengejawantah misi al’amru wa nahyul munkar-nya. Hal tersebut sekaligus menjadi landasan OPRM untuk sebagaimana fungsi PR umumnya menunjukan kekuatannya dalam membentuk opini publik atau kita sebut dakwah. Adapun proyek kerja Public Relation Officer (PRO), tidak terlepas dari pengabdiannya demi kepentingan umum atau dalam bahasa dakwah untuk kepentingan umat. Pekerjaan utama (inti) dari PR sebenarnya adalah Human Relation (HR) yang bukan hanya sekedar hubungan antar manusia. Tetapi lebih bersifat interaksi antara seseorang dengan orang lain, memperhatikan orang lain, bersikap ramah dan jujur.
Jika setiap PRO mempunyai Human Relation mempunyai tujuan yang baik yang mencerminkan sikap tersebut, dijamin akan membuat orang lain yang dihadapinya senang dan puas. Hal ini akan memelihara dan meningkatkan citra Lembaga yang diwakilinya.
Kesimpulan
Saat ini, banyak OPRM mempunyai kecenderungan yaitu kurang menaruh perhatian dalam hal kehumasan / Public Relations, karena OPRM cenderung focus pada program kerja, kaderisasi serta pendanaan. Namun keberhasilan OPRM dalam berdakwah sangat didukung nama baik serta image yang terbentuk, yang notabene merupakan hasil terukur dari strategi kehumasan / PR.
Dalam sebuah organisasi pemuda / remaja masjid, intangible asset berupa image dan nama baik menjadi sebuah keharusan, karena dengan hal tersebut akan memudahkan OPRM dalam mengemban misi & visinya. Namun dalam prakteknya, untuk membuat image ataupun nama baik tidaklah gampang, tapi membutuhkan perjuangan melalui strategi humas & pemasaran yang bagus.
Bibliography
Apriliana, dkk. (2008, Maret 19). DEFINISI PUBLIC RELATIONS. Jakarta.
BPS. (n.d.). Data Statistik Indonesia. Retrieved Mei 2008, from http://www.datastatistik-indonesia.com
Fayumi, D. H. (2007, Maret 24). PERAN DEPARTEMEN AGAMA DALAM MENINGKATKAN DAKWAH DI MASJID. DKI Jakarta.
Mariam. (n.d.). REKAPITULASI DATA MASJID DAN MUSHOLLA PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2003-2004. 2005 . Jakarta Pusat, DKI Jakarta.
Maulana, A. (2008, Maret 17). KEHUMASAN (PUBLIC RELATIONS). Jakarta.
Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA). (2005, Februari 27). PERAN REMAJA DALAM MEMAKMURKAN MESJID. Padang, Sumatra Barat.
SATRIA HADI LUBIS, M. M. (2005, Mei 29). STRATEGI DAKWAH KONTEMPORER REMAJA MASJID. Jakarta, DKI Jakarta.

[1] Sumber: Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Tahun 2006 & Sensus Penduduk (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas (1995, 2005), Datta

[i] Penulis adalah Sekretaris Umum Jaringan Pemuda & Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) Wilayah DKI Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar